Friday, March 1, 2013

Perang urat saraf loyalis SBY vs Anas


Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turun tangan untuk menyelamatkan Demokrat dari keterpurukan dengan mengambil alih komando partai. SBY berdalih hal itu dilakukan agar sang ketua umum Anas Urbaningrum dapat fokus dalam kasus dugaan korupsi yang kerap menyebut-nyebut namanya.

Tak hanya itu, SBY juga mewajibkan seluruh elite Demokrat untuk menandatangani Pakta Integritas. Namun, hingga kini Anas belum menandatangani Pakta Integritas tersebut.

Perang urat saraf antara kader Demokrat yang dikenal lebih memiliki kedekatan dengan Anas dan SBY pun terjadi. Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua menyatakan, perlawanan yang dilakukan terhadap langkah yang diambil SBY menandakan kader tersebut sudah tak lagi ingin berada di Demokrat.

Max bahkan menyebut Sekretaris DPD Partai Demokrat DKI Jakarta, Irfan Ghani sebagai anak kemarin sore yang hanya ingin dianggap sebagai seorang pahlawan muda bagi Demokrat. Hal itu diungkapkan Max terkait sikap kritis Irfan terhadap langkah SBY.

"Irfan Ghani baru masuk partai 2 tahun. Dan dia adalah staf di sekretariat Fraksi Demokrat. Jadi saya pikir semua statement dia seolah-olah orang yang tidak mengerti persoalan. Hanya ingin, menonjolkan diri seolah-olah dia adalah pahlawan muda di Demokrat," kata Max di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (12/2).

Tak hanya itu, mantan presenter TVRI itu juga meminta Irfan kembali belajar politik. Sebab, menurut Max, langkah yang dilakukan Majelis Tinggi untuk kepentingan partai bukan perseorangan.

"Irfan Gani suruh belajar lagi lah mengenai masalah politik mengakomodir kepentingan partai bukan individu. Semua ini kita lakukan untuk penyelamatan partai secara utuh, bukan orang perorang," katanya.

Irfan Ghani tak terima atas pernyataan Max tersebut. Irfan mengaku telah malang melintang di dunia politik dan telah lama bergabung di Demokrat.

"Saya pengurus Partai Demokrat periode 2005-2010 sebagai Sekretaris Politik DPP, saya Korwil Sumbar, saya juga caleg Demokrat dari dapil Sumbar dua. Jadi saya bukan anak kemarin sore dan bukan pegawai sekretariat. Salah itu," kata Irfan saat menghubungi merdeka.com.

Irfan tak mengerti mengapa Max melontarkan pernyataan tersebut kepadanya. Menurutnya, sebagai rekan separtai harusnya saling menjaga demi kebaikan Demokrat

"Dia juga dulu mantan presenter TVRI, memang pernah kita permasalahkan," katanya.

Irfan mengatakan, sebagai sesama kader Demokrat, harusnya golongan tua dan muda saling selaras untuk memajukan partai. "Karena saya penganut falsafah hormat pada senior, pemimpin, dan konstitusi," tegasnya.

Tak hanya itu, meski dia mengaku menerima dengan baik Pakta Integritas yang dibuat Majelis Tinggi, mantan aktivis HMI ini tetap menegaskan Anas Urbaningrum masih menjadi ketua umum Partai Demokrat yang sah hingga saat ini.

"Kalau pun mas Anas belum tanda tangan, beliau lagi sakit, tapi pasti tanda tangan. Itu kan kode etik untuk kader Demokrat," katanya.

Sumber Artikel : http://www.merdeka.com/politik/perang-urat-saraf-loyalis-sby-vs-anas.html

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Follow Twitter

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls