Wednesday, April 10, 2013

Soal Skandal Century, Demokrat 'Kebakaran Jenggot' Atas Usul Bambang Soesastyo cs!



RIMANEWS - Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat Syariefuddin Hasan mengatakan, Partai Demokrat menolak keterlibatan kantor akuntan publik (KAP) asing dalam melakukan audit forensik aliran dana Bank Century. Hasil audit forensik yang dilakukan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI dinilai sudah cukup.

"Coba bayangkan, kalau sampai negara ini mau dikasih ke lembaga internasional, apa jadinya negara ini. Sama saja kalau pemerintah mengatakan, DPR internasional saja yang menilai," kata Syarief, yang juga Menteri Koperasi dan UKM, kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (3/1/2012).

Syarief mengatakan, baik pemerintah dan Partai Demokrat menginginkan agar kasus dana talangan Bank Century senilai Rp 6,7 triliun diungkap hingga tuntas. Namun, politisi Partai Demokrat ini mengkritisi pihak-pihak yang mengaku tak puas dengan hasil audit forensik BPK memiliki tujuan tertentu.

"Memang, ada kawan-kawan yang masih tidak puas. Mereka akan katakan puas itu kalau ada laporan yang mengatakan terbukti ada dana ke partai tertentu. Jadi, ada politisasi, ada tendensi ke situ. Kesimpulan dulu, baru proses. Ya, sulit," kata Syarief.

Usul agar audit forensik dilakukan KAP asing disuarakan para inisiator Hak Angket Bank Century, seperti Akbar Faisal (Fraksi Hanura), Bambang Soesatyo (Fraksi Golkar), dan mantan anggota Fraksi PKS, M Misbakhun.

"Kami ingat, saat akan menunjuk KAP internasional, BPK meyakini kami bahwa mereka profesional dan independen. Akan tetapi, kenyataannya mereka sekarang tak mampu dan gagal mencapai terms of reference (TOR) yang mereka buat sendiri. Sebab itu, kami akan mengusulkan ke Timwas DPR untuk menunjuk KAP internasional melakukan audit ulang," kata Akbar.

Menurut Akbar, Timwas DPR semula membayangkan audit forensik Bank Century dijalankan KAP internasional, yang bisa menembus aliran dana sampai ke Cyman Island seperti saat audit investigasi cessie Bank Bali beberapa tahun lalu.

"Namun, sekarang BPK mengecewakan. Citra BPK dipertaruhkan dengan kepentingan BPK yang terkooptasi," tambah Akbar.

Sementara itu, menurut Bambang Soesatyo, dirinya mendapatkan informasi bahwa BPK sengaja memilih auditor yang hanya memiliki sertifikat kualifikasi biasa, bukan khusus audit forensik.

"Dari tiga penanggung jawab audit, seperti I Nyoman Wara, Novy Gregory Antoniu Palenkahu, dan Harry Purwaka, kabarnya mereka tidak ada yang memiliki CFE," kata Bambang.

Nyoman Wara, yang dikonfirmasi Kompas tak mau memberi keterangan. Ia meminta agar menghubungi Humas BPK. Misbakhun pun membenarkan pernyataan Bambang.

"Buktinya BPK tidak berani menuliskan laporan ke DPR itu sebagai hasil audit forensik, tetapi hasil audit investigasi lanjutan Bank Century. Ini memang tragis," katanya.

"Untuk memudahkan tugas, mendapat surat tugas dari BI untuk menembus kerahasiaan bank. Akan tetapi, BPK tak konsisten. BPK mengaku terhambat lima hal, di antaranya pelaku kunci berada di luar negeri, tidak mendapat akses ke lembaga-lembaga keuangan, sulit dapat data dari internasional, serta tak punya data lengkap nasabah. Ini bukti BPK tak konsisten," kata Misbakhun.[kmps]

Gita Wirjawan Diduga Terlibat Kasus Pencucian Uang Bank Century, Timwas Panggil Penyidik Polri Terkait PT Ancora Land



JAKARTA - Tim Pengawas Kasus Bank Century kembali memanggil penyidik Polri, tim jaksa pidana umum, CEO Ancora Land, dan Veronica Lukito . Mereka akan ditanyai masalah pengembalian aset Bank Century.

"Tim Pengawas Century dengan Tim Penyidik Polri, Tim Jaksa Pidana Umum, Veronica L, dan CEO Ancora Land, pukul 10.00 WIB," kata anggota Tim Pengawas Century Bambang Soesatyo, Rabu (3/4).

Menurut Bambang, penyidik Polri, jaksa pidana umum, Veronica akan ditanyai tanah di Fatmawati, Jakarta seluas 22,8 hektare. Tanah di Fatmawati sendiri dibangun lapangan golf oleh PT Ancora Land.

"Pemanggilan terkait dugaan pencucian uang PT GNU yang diambil alih oleh Ancora," kata Bambang.

Sebelumnya, anggota Timwas Bank Century Hendrawan Supratikno menduga Menteri Perdagangan Gita Wirjawan terlibat kasus pencucian uang Bank Century melalui perusahaannya, Ancora Group, yang mengakuisisi PT Graha Nusa Utama (GNU).

"Pak Gita ini diduga pemegang saham Ancora Land melalui GNU, apalagi orang yang terdekat dari Pak Gita, Veronica Lukito, diduga terlibat," kata Hendrawan beberapa waktu lalu.

Gita sendiri membantah mempunyai saham di PT Ancora Land. Gita mengatakan, semenjak diminta masuk dalam kabinet oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dirinya sudah mendelegasikan kepemilikan PT Ancora Grup.[ian/mtv]

Menteri Perdagangan Terseret Skandal Korupsi Bank Century, Gita Wirjawan Diperiksa Timwas Century DPR



JAKARTA - Pada hari ini, Rabu (20/3/2013), Tim Pengawas Century kembali menggelar rapat dengan agenda pemeriksaan Menteri Perdagangan Gita Wiryawan.

"Ya benar, rapat pukul 10.00 WIB di ruang KK-1," kata anggota timwas Century, Bambang Soesatyo melalui pesan singkat.

Bambang mengatakan pemanggilan Gita terkait pengambilalihan PT GNU dan PT NUS yang diduga terlibat tindak pidana pencucian uang dari PT Antaboga Delta Securitas dan Bank Century oleh Anccora Group.

"Seperti diketahui PT GNU dan PT NUS menguasai lahan lapangan Golf di kawasan Fatmawati seluas 22 Hektar," kata politisi Golkar tersebut.

Sebelumnya Gita Wirjawan mengaku siap memenuhi panggilan Tim Pengawas (Timwas) Century DPR.

Menurut Gita, dia akan menjelaskan persoalan sebenarnya mengapa sering dikaitkan dengan kasus Century.

"Saya sudah pernah menjelaskan ini," kata dia.

Gita sebelumnya dikaitkan dengan skandal bailout kasus Century.

Beberapa waktu lalu muncul temuan Mabes Polri dalam penyelidikan kasus reksadana bodong PT Antaboga Delta Sekuritas yang mengalir ke PT Graha Nusa Utama yang diakuisisi PT Ancora Capital milik Gita Wirjawan sejak tahun 2010 lalu.

Anggota timwas Century Hendrawan Supratikno menjelaskan, 55 persen saham PT Graha Nusa Utama itu dibeli oleh PT Ancora Capital.

Timwas menduga ada skenario besar antara PT Graha Nusa Utama dengan PT Ancora Capital milik Gita Wirjawan.

Namun Gita membantah dia pemilik secara langsung ataupun tidak langsung Ancora.[ian/wtk]

Boediono Bola Lama Century Yang Terungkap, Tapi Belum Ditindak, Kenapa?



JAKARTA - Tim Pengawas (Timwas) Bank Century DPR RI masih memvalidasi dan memverifikasi berbagai informasi dan data yang masuk terkait kasus dana talangan Bank Century.

Data dari manapun akan ditampung, termasuk dari mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

"Kami masih memvalidasi semua data yang masuk, termasuk dari Anas ini," jelas anggota Timwas Bank Century Bambang Soesatyo ketika dihubungi, Rabu (6/3/2013).

Terkait informasi yang telah diperoleh tim kecil dari Anas, menurut politikus Partai Golkar ini sangat baik dan banyak hal yang baru.

"Sebenarnya yang didapat tim kecil adalah bola-bola baru yang harus segera kami kembangkan," tukas pria akrab disapa Bamsoet ini.

Anas juga telah membeberkan beberapa nama yang diduga memiliki keterkaitan dengan kasus Century. Beberapa nama itu sama sekali baru dan tak pernah terbersit dalam benak Timwas Bank Century selama ini.

Namun Bamsoet sendiri mengaku tak bisa menyebutkan siapa nama-nama yang baru itu.

Disinggung mengenai kemungkinan akan dilakukan Hak Menyampaikan Pendapat (HMP) jika ada dugaan kuat keterlibatan Wakil Presiden (Wapres) Boediono, Bamsoet mengatakan, Boediono adalah bola lama. "Kami akan tindaklanjuti bola-bola baru yang diperoleh tim kecil ini," tegasnya.

Seperti diketahui, tim kecil dari Timwas Bank Century mendatangi rumah Anas Urbaningrum, selain bersilaturahmi mereka juga meminta informasi mengenai kasus Bank Century.

Anas dinilai mengetahui, karena saat itu Anas menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat, dan merupakan anggota Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket Century.

Ada empat nama yang sudah diberikan Anas kepada tim kecil itu. Nama tersebut sesungguhnya masih dirahasiakan.[ian/Snw]

Inilah Bukti Tertulis Boediono Beri Kuasa Pencairan FPJP ke Bank Century, Tangkap maling Century!





JAKARTA - Mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang sekarang ini menjabat sebagai Wakil Presiden, Boediono, memberi kuasa kepada tiga petinggi BI untuk Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) PT Bank Century.


Berikut surat kuasa Boediono yang memberikan kuasa atas pemberian dana FPJP kepada Bank Century.


Bank Indonesia


Dewan Gubernur

No.10/68/Sr.Ka/GBI


Surat Kuasa


Yang bertandatangan dibawah ini:


BOEDIONO, Gubernur Bank Indonesia bertempat tinggal di Jakarta; bertindak dalam jabatannya tersebut selaku Pimpinan Dewan Gubernur BI dan dengan demikian mewakili BI berdasarkan Pasal 39 UU 32 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No.2 Tahun 2008, dengan ini memberi kuasa kepada;


1. Eddy Sulaiman Yusuf, Direktur Direktorat Pengelolaan Moneter bertempat tinggal di Jakarta.

2. Sugeng, Kepala Biro Pengembangan dan Pengaturan Pengelolaan Moneter, bertempat tinggal di Jakarta

3. Dody Budi Waluyo, Kepala Biro Operasi Moneter, bertempat tinggal di Jakarta.


Untuk bertindak baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri


------------ KHUSUS --------

Untuk dan atas nama BI menandatangani Akta Gadai dan Perjanjian Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek PT Bank Century Tbk secara notariil berikut segala perubahannya, sesuai dengan PBI No 10/26/PBI/2008 tanggal 30 Oktober 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan PBI No 10/30/PBI/2008 tanggal 14 November 2008 tentang Perubahan atas Peraturan BI No 10/26/PBI/200 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum.


Jakarta,14 November 2008


Yang menerima kuasa

Eddy Sulaeman Yusuf, (ttd)

Sugeng (ttd)

Dody Budi Waluyo (ttd)


Yang memberi Kuasa


BOEDIONO (ttd)


[akt/ian]

Mencermati Manuver Yenny Wahid Masuk Demokrat


INILAH.COM, Jakarta - Yenny Wahid masuk Partai Demokrat. Berita itulah yang mengejutkan dalam beberapa hari terakhir ini. Manuver Yenny mengingatkan pada Sang Ayahanda Gus Dur yang kerap melakukan manuver di luar dugaan publik.
Keputusan Yenny Wahid masuk ke Partai Demokrat setelah partai yang didirikannya, Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB), gagal menjadi peserta Pemilu 2014, membuat kaget sejumlah pihak. Namun, atas nama ijtihad politik, Yenny Wahid secara intensif melakukan komunikasi politik dengan elit Partai Demokrat, khususnya Ketua Umum Partai Demokrat SBY.
"Yenny komunikasi langsung dengan Pak SBY, dulu kan pernah menjadi Staf Khusus Presiden," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok, Minggu (7/4/2013).
Bentuk keseriusan Yenny ditunjukkan dengan kehadirannya dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat akhir Maret lalu. Sepekan sebelum KLB digelar, Yenny bersama Sang Ibunda Shinta Nuriyah juga bertandang ke kediaman SBY di Cikeas, Jawa Barat.
"Keluarga besar KH Abdurrahman Wahid juga sudah lama ingin bersilaturahim ke kediaman Presiden SBY di Cikeas," kata Juru Bicara Keluarga Gus Dur Imron Rosyadi Hamid saat menjelaskan kehadiran Yenny dan Ibunya ke kediaman SBY.
Seiring perjalanan waktu, Yenny pun serius maju sebagai calon anggota legislatfi dari Partai Demokrat. Ia secara resmi mengembalikan formulir pencalegan sebagai anggota DPR RI. Tidak sekadar itu, secara kalkulasi politik, Yenny pun berpeluang menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat mendampingi SBY. "Yenny berpotensi menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Kalau ada Yenny Wahid, Nurhayati Assegaf akan terkalahkan," sebut Mubarok.
Menurut Mubarok, Yenny cukup pantas menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Menurut dia, putri Gus Dur itu merupakan sosok yang cerdas, representasi Gus Dur dan NU, serta kerap membuat pernyataan kontroversial yang positif. "Partai Demokrat dan Yenny Wahid akan saling menguntungkan," imbuh Mubarok.
Politik memang cukup dinamis. Siapa sangka Yenny Wahid bergabung dengan Partai Demokrat. Justru saat partai yang ia dirikan gagal menjadi peserta Pemilu 2014, Yenny disebut-sebut akan masuk di Partai Gerindra. Partai ini tidak asing dengan Yenny Wahid. Selain suaminya, Dhohir Farisi kini menjadi anggoat DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, dalam Pemilu 2009 lalu, Yenny Wahid turun langsung ke lapangan berkampanye untuk Partai Gerindra.
Keterkejutan lainnya, Yenny selama ini bersuara kritis terhadap pemerintahan SBY. Sikap kritis Yenny mulai tampak ke permukaan sejak dirinya tidak lagi menjadi Staf Khusus Presiden SBY Bidang Komunikasi Politik.
Apalagi, saat konflik antara dirinya dengan A Muhaimin Iskandar di PKB, Yenny menuding pemerintahan SBY berada di belakang Muhaimin Iskandar. Hal itu ditunjukkan dengan koalisi PKB dan Partai Demokrat dalam Pilpres 2009 lalu. "Itu semakin mengaskan kami, bahwa ada konspirasi pemerintahan SBY untuk memenangkan Muhaimin selama proses di pengadilan," tuding Yenny pada Jumat (23/3/2009) silam.
Memang, sejak PKB A Muhaimin Iskandar menang dalam proses hukum dengan Gus Dur, stigma partai ini berada di kubu SBY cukup lekat. Stigma itu kian melekat di saat proses politik di Parlemen terkait dengan isu-isu yang erat dengan pemerintahan. Mulai soal kasus angket Century, angket pajak dan isu politik lainnya, PKB setia bersama Partai Demokrat.
Ketua Umum PKB A Muhaimin Iskandar mengomentari tentang bergabungnya Yenny Wahid ke Parrtai Demokrat. Bagi Muhaimin, tidak ada masalah Yenny Wahid bergabung ke Partai Demokrat. Menurut dia, sejak Pemilu 2009 lalu Yenny sudah tidak lagi di PKB. "Sudah tidak ada hubungannya, dan tidak masalah," kata Muhaimin di kantor DPP PKB, Jakarta, Minggu (7/4/2013).
Saat ditanya apakah kepindahan Yenny Wahid ke Partai Demokrat akan memengaruhi suara PKB dalam Pemilu 2014 mendatang, Muhaimin enggan menjawabnya. Ia justru berseloroh. "Itu urusan masing-masinglah," kata Muhaimin yang juga Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi ini.
Langkah SBY yang aktif mengajak Yenny Wahid bergabung ke Partai Demokrat dan sikap responsif Yenny Wahid atas ajakan SBY jelas melalui kalkulasi yang matang dari masing-masing pihak. SBY dan Partai Demokrat berkepentingan dengan ceruk suara para pendukung Gus Dur dan kalangan Nahdliyin. Begitu juga Yenny membutuhkan kendaraan politik sebagai ajang artikulasi dirinya dalam kancah politik.
Jika menilik ke belakang, hubungan SBY dengan keluarga Gus Dur juga bukanlah kali ini. Saat Pilpres 2004, Gus Dur juga memberi dukungan ke SBY. Meski dalam perjalanannya, Gus Dur kerap bersikap kritis terhadap pemerintahan SBY saat itu. Walaupun, sebagaimana ciri khas Gus Dur, hubungan pribadi sesama tokoh tetap terjalin hangat, meski dalam sikap politik berbeda. Begitu juga SBY juga memberi penghormatan yang dalam kepada Gus Dur. Saat detik-detik meninggalnya Gus Dur, SBY juga hadir di RSCM, tempat Gus Dur dirawat.
Akrobat politik Yenny Wahid yang masuk Partai Demokrat ini mengingatkan publik atas manuver Gus Dur yang juga memberi banyak kejutan. Seperti langkah Gus Dur yang menemui mantan Presiden Soeharto termasuk runtang-runtung Gus Dur dengan putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana melalui forum Istigotsah jelang Pemilu 1997 silam. Kejutan Gus Dur pada akhirnya dipahami para pengikutnya di belakang hari. Bagaimana dengan kejutan ala Yenny? kita lihat saja. [mdr]

Kaki Politik 'Lumpuh', Loyalis Anas Berguguran


INILAH.COM, Jakarta - Kekuatan politik mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum benar-benar di ambang kelumpuhan. Loyalis yang selama ini menjadi benteng di internal Partai Demokrat justru mundur tertib dari Partai Demokrat. Tak ada lagi harapan perlawanan dari kubu Anas Urbaningrum.
Para loyalis Anas yang selama ini dikenal sebagai "die hard" bekas Ketua Umum Partai Demokrat satu per satu berguguran. Momentum penyusunan Daftar Calon Sementara (DCS) Partai Demokrat menjadi titik awal bergugurannya para loyalis Anas.
Sedikitnya dua tokoh yang dikenal loyalis Anas Urbaningrum mundur dari pencalegan Partai Demokrat. Mereka adalah Gede Pasek Suardika dan Sudewo. Di era kepengurusan Anas Urbaningrum, masing-masing menjabat sebagai Ketua DPP Partai Demokrat. Gede Pasek Suardika menjabat sebagai Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika sedangkan Sudewo Ketua Bidang Organisasi Kaderisasi dan Keanggotaan (OKK).
Gede Pasek Suardika berdalih, hingga saat ini belum sempat mengurus formulir pencalegan Partai Demokrat. Alasannya, Ibundanya saat ini masih dirawat di Rumah Sakit.
Namun, alasan lainnya yang cenderung argumentatif terkait dengan posisi politik Pasek saat ini. Menurut Pasek, dirinya bukan pilihan utama caleg dari Partai Demokrat. Kader senior, kata Pasek akan lebih dipilih oleh partai. "Kita kan hanya cheerleaders saja. Jadi juru sorak biar ramai dan meriah saja. Tidak begitu berarti. Yang senior-senior itu kan banyak sekali. Mereka para politisi tangguh, senior, profesional, demokrat sejati," sindir Pasek di Jakarta, Senin (8/4/2013).
Lain lagi dengan Sudewo. Meski telah memastikan akan keluar dari Partai Demokrat dan hijrah ke Partai Gerindra, namun tak ada alasan pasti mengapa dirinya pindah ke Partai Gerindra. "Insya allah dalam waktu dekat ini saya akan menyampaikan pengunduran diri saya sebagai kader Partai Demokrat dan anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI," ujar Sudewo akhir pekan lalu.
Nama Sudewo awal 2012 lalu sempat mencuat. Dia pernah dipanggil Komisi Pengawas Partai Demokrat. Bahkan ia pernah diberi sanksi oleh Komisi Pengawas untuk tidak lagi menjabat sebagai Ketua Bidang OKK DPP Partai Demokrat. Meski, direkomendasikan dicopot dari DPP, nama Sudewo kembali masuk di DPP Partai Demokrat.
Politikus Partai Demokrat Ruhut Sitompul menilai sejumlah kader Partai Demokrat yang tidak maju dalam Pemilu 2014 mendatang dikarenakan gelisah dengan dirinya sendiri. "Mereka gelisah karena tingkah laku mereka sendiri, mereka dekat dengan Anas," kata Ruhut.
Lebih lanjut Ruhut mengatakan sejak Anas Urbaningrum menjadi tersangka para loyalisnya mundur tertib. "Saat ini hanya menyisakan Tri Dianto. Itulah logika politik," cetus Ruhut.
Pasca-KLB Partai Demokrat posisi politik Anas Urbaningrum kian kehilangan posisi tawar politik hadapan SBY. Apalagi termutakhir, SBY justru berkomunikasi intensif dengan Yenny Wahid yang merupakan representasi NU dan Gus Dur. Sebagaimana diketahui, Anas juga dikenal sebagai kader NU. Kini, yang tersisa, Anas secara politik kian lumpuh dan sejumlah loyalisnya pun berguguran.

Tuesday, April 9, 2013

SBY: SMS Saya ke Anas Tidak Dibalas

SBY (kanan) dan Anas Urbaningrum. REUTERS/Supri
TEMPO.COJakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan sempat berkomunikasi dengan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, setelah Anas ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai salah satu tersangka kasus korupsi Hambalang.

"Setelah Anas ditetapkan sebagai tersangka, saya kirim SMS ke dia. Tidak dibalas," kata SBY dalam wawancara khusus dengan Tempo di Wisma Negara, Jakarta, Jumat, 5 April 2013.

Menurut SBY, sebelum ditetapkan sebagai tersangka, Anas sempat bertandang ke kediaman pribadi SBY di Cikeas. Dalam pertemuan itu, Anas meminta bantuan SBY. "Tentunya, kalau bertabrakan dengan hukum, tidak akan saya berikan. Tetapi kalau membantu supaya Anas tidak diperlakukan dengan tidak baik, itu harus," kata dia.

SBY memastikan tak pernah melakukan intervensi terhadap keputusan KPK yang menetapkan Anas sebagai tersangka. Bahkan, ia mengaku tak pernah sekali pun melakukan komunikasi melalui telepon kepada setiap pemimpin KPK. "Saya bertemu dengan pimpinan KPK juga dilakukan terbuka, selalu didampingi menteri dan dengan agenda jelas. Ini cara saya mencegah fitnah dan tudingan yang tidak benar," ujarnya.

Lagi pula, kata dia, selama ini dia hanya meminta KPK memperjelas status Anas yang masih menggantung ketika itu. "Kalau memang tidak bersalah, nyatakan tidak bersalah. Itu pernyataan yang wajar dari pimpinan partai," kata pendiri partai berlambang "mercy" ini. (Baca wawancara lengkapnya diMajalah Tempo Edisi 8 April 2013)

TIM TEMPO | MUNAWWAROH

SBY: 1.000 Persen Ibu Ani Tak Terlibat Hambalang

bu Ani Yudhoyono. ANTARA/Andika Wahyu
TEMPO.COJakarta - Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyonomenegaskan bahwa keluarganya tidak terlibat sedikit pun dalam kasus korupsi Hambalang yang membelit sejumlah politikus Partai Demokrat. 

"Seribu persen Ibu Ani tidak tahu-menahu tentang Hambalang. Saya pun tidak tahu," kata SBY dalam wawancara khusus dengan tim Tempo di Wisma Negara, Jakarta, Jumat, 5 April 2013. (Baca selengkapnya di sini)

Tak hanya membantah tuduhan terhadap istrinya, Ani Yudhoyono, SBY juga menepis isu keterlibatan putra bungsunya, Edhie Baskoro atau Ibas, dalam kasus yang merugikan negara sekitar Rp 243 miliar itu. SBY mempertanyakan dasar keterkaitan istrinya dengan kasus yang memang menyeret sejumlah pengurus Demokrat, termasuk mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

"Bagaimana seorang istri, ibu negara, harus tahu? Ibas juga sudah melaporkan kepada polisi tentang tuduhan bahwa ia menerima uang dan menyatakan tidak pernah mengalami kejadian itu," kata SBY. SBY menambahkan, "Sekarang dilawan, ayo sama-sama bicara fakta dan kebenaran."

SBY memastikan bahwa dirinya tak pernah melakukan intervensi terhadap keputusan Komisi Pemberantasan Korupsiyang kemudian menetapkan Anas Urbaningrum sebagai tersangka kasus korupsi Hambalang. Bahkan ia mengaku tak pernah sekali pun melakukan komunikasi melalui telepon kepada setiap pimpinan KPK. 

"Saya bertemu dengan pimpinan KPK juga dilakukan terbuka, selalu didampingi menteri dan dengan agenda jelas. Ini cara saya mencegah fitnah dan tudingan yang tidak benar," kata dia.

Pendiri Partai Demokrat ini menyayangkan sikap Anas yang kemudian menyerang ia dan keluarganya setelah ditetapkan sebagai salah seorang tersangka kasus Hambalang. "Saya kaget sekali. Ketika ia menjadi tersangka lalu pernyataannya sangat attacking, kami juga tidak menyangka," ujarnya.

TIM TEMPO | MUNAWWAROH

Monday, April 1, 2013

Kapolri, Jaksa Agung, Menkumham Temui Timwas Century DPR

Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo (Liputan6.com/Danu Baharuddin)
Liputan6.com, Jakarta : Tim pengawasan kasus Bank Century DPR saat ini sedang membahas penanganan penelusuran dan pengembalian aset Bank Century. Dalam pembahasan ini, Timwas Century DPR mengundang Menteri Hukum dan HAM, Kapolri, dan Jaksa Agung. 

"Kami berharap ada kemajuan penting," kata pimpinan rapat Timwas Century DPR, Taufik Kurniawan di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2013). 

Mereka yang sudah terlihat hadir memenuhi undangan Timwas Century DPR yakni Menteri Hukum dan HAM Amir Syamsuddin, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo, dan Jaksa Agung Basrief Arief. 

Selain ketiganya, hadir pula Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Polisi Sutarman. Untuk penelusuran aset Bank Century di Swiss, Timwas Century DPR juga mengundang Duta Besar RI di Swiss, Djoko Susilo, yang juga politisi PAN. 

Kasus Bank Century kembali menjadi perhatian setelah tim kecil Timwas Century mendatangi kediaman mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum di kediaman. 

Kepada Anas, timwas mengaku mendapat informasi baru. Tetapi belakangan, Anas batal diundang untuk memenuhi undangan Timwas Century karena tidak ada informasi terbaru. Timwas Century mengaku mendapat 4 nama baru dari Anas, tetapi Anas membantah memberikan 4 nama itu. (Ism)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Follow Twitter

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls