Wednesday, April 10, 2013

Mencermati Manuver Yenny Wahid Masuk Demokrat


INILAH.COM, Jakarta - Yenny Wahid masuk Partai Demokrat. Berita itulah yang mengejutkan dalam beberapa hari terakhir ini. Manuver Yenny mengingatkan pada Sang Ayahanda Gus Dur yang kerap melakukan manuver di luar dugaan publik.
Keputusan Yenny Wahid masuk ke Partai Demokrat setelah partai yang didirikannya, Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia Baru (PKBIB), gagal menjadi peserta Pemilu 2014, membuat kaget sejumlah pihak. Namun, atas nama ijtihad politik, Yenny Wahid secara intensif melakukan komunikasi politik dengan elit Partai Demokrat, khususnya Ketua Umum Partai Demokrat SBY.
"Yenny komunikasi langsung dengan Pak SBY, dulu kan pernah menjadi Staf Khusus Presiden," kata anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok, Minggu (7/4/2013).
Bentuk keseriusan Yenny ditunjukkan dengan kehadirannya dalam Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat akhir Maret lalu. Sepekan sebelum KLB digelar, Yenny bersama Sang Ibunda Shinta Nuriyah juga bertandang ke kediaman SBY di Cikeas, Jawa Barat.
"Keluarga besar KH Abdurrahman Wahid juga sudah lama ingin bersilaturahim ke kediaman Presiden SBY di Cikeas," kata Juru Bicara Keluarga Gus Dur Imron Rosyadi Hamid saat menjelaskan kehadiran Yenny dan Ibunya ke kediaman SBY.
Seiring perjalanan waktu, Yenny pun serius maju sebagai calon anggota legislatfi dari Partai Demokrat. Ia secara resmi mengembalikan formulir pencalegan sebagai anggota DPR RI. Tidak sekadar itu, secara kalkulasi politik, Yenny pun berpeluang menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat mendampingi SBY. "Yenny berpotensi menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Kalau ada Yenny Wahid, Nurhayati Assegaf akan terkalahkan," sebut Mubarok.
Menurut Mubarok, Yenny cukup pantas menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat. Menurut dia, putri Gus Dur itu merupakan sosok yang cerdas, representasi Gus Dur dan NU, serta kerap membuat pernyataan kontroversial yang positif. "Partai Demokrat dan Yenny Wahid akan saling menguntungkan," imbuh Mubarok.
Politik memang cukup dinamis. Siapa sangka Yenny Wahid bergabung dengan Partai Demokrat. Justru saat partai yang ia dirikan gagal menjadi peserta Pemilu 2014, Yenny disebut-sebut akan masuk di Partai Gerindra. Partai ini tidak asing dengan Yenny Wahid. Selain suaminya, Dhohir Farisi kini menjadi anggoat DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, dalam Pemilu 2009 lalu, Yenny Wahid turun langsung ke lapangan berkampanye untuk Partai Gerindra.
Keterkejutan lainnya, Yenny selama ini bersuara kritis terhadap pemerintahan SBY. Sikap kritis Yenny mulai tampak ke permukaan sejak dirinya tidak lagi menjadi Staf Khusus Presiden SBY Bidang Komunikasi Politik.
Apalagi, saat konflik antara dirinya dengan A Muhaimin Iskandar di PKB, Yenny menuding pemerintahan SBY berada di belakang Muhaimin Iskandar. Hal itu ditunjukkan dengan koalisi PKB dan Partai Demokrat dalam Pilpres 2009 lalu. "Itu semakin mengaskan kami, bahwa ada konspirasi pemerintahan SBY untuk memenangkan Muhaimin selama proses di pengadilan," tuding Yenny pada Jumat (23/3/2009) silam.
Memang, sejak PKB A Muhaimin Iskandar menang dalam proses hukum dengan Gus Dur, stigma partai ini berada di kubu SBY cukup lekat. Stigma itu kian melekat di saat proses politik di Parlemen terkait dengan isu-isu yang erat dengan pemerintahan. Mulai soal kasus angket Century, angket pajak dan isu politik lainnya, PKB setia bersama Partai Demokrat.
Ketua Umum PKB A Muhaimin Iskandar mengomentari tentang bergabungnya Yenny Wahid ke Parrtai Demokrat. Bagi Muhaimin, tidak ada masalah Yenny Wahid bergabung ke Partai Demokrat. Menurut dia, sejak Pemilu 2009 lalu Yenny sudah tidak lagi di PKB. "Sudah tidak ada hubungannya, dan tidak masalah," kata Muhaimin di kantor DPP PKB, Jakarta, Minggu (7/4/2013).
Saat ditanya apakah kepindahan Yenny Wahid ke Partai Demokrat akan memengaruhi suara PKB dalam Pemilu 2014 mendatang, Muhaimin enggan menjawabnya. Ia justru berseloroh. "Itu urusan masing-masinglah," kata Muhaimin yang juga Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi ini.
Langkah SBY yang aktif mengajak Yenny Wahid bergabung ke Partai Demokrat dan sikap responsif Yenny Wahid atas ajakan SBY jelas melalui kalkulasi yang matang dari masing-masing pihak. SBY dan Partai Demokrat berkepentingan dengan ceruk suara para pendukung Gus Dur dan kalangan Nahdliyin. Begitu juga Yenny membutuhkan kendaraan politik sebagai ajang artikulasi dirinya dalam kancah politik.
Jika menilik ke belakang, hubungan SBY dengan keluarga Gus Dur juga bukanlah kali ini. Saat Pilpres 2004, Gus Dur juga memberi dukungan ke SBY. Meski dalam perjalanannya, Gus Dur kerap bersikap kritis terhadap pemerintahan SBY saat itu. Walaupun, sebagaimana ciri khas Gus Dur, hubungan pribadi sesama tokoh tetap terjalin hangat, meski dalam sikap politik berbeda. Begitu juga SBY juga memberi penghormatan yang dalam kepada Gus Dur. Saat detik-detik meninggalnya Gus Dur, SBY juga hadir di RSCM, tempat Gus Dur dirawat.
Akrobat politik Yenny Wahid yang masuk Partai Demokrat ini mengingatkan publik atas manuver Gus Dur yang juga memberi banyak kejutan. Seperti langkah Gus Dur yang menemui mantan Presiden Soeharto termasuk runtang-runtung Gus Dur dengan putri Soeharto, Siti Hardiyanti Rukmana melalui forum Istigotsah jelang Pemilu 1997 silam. Kejutan Gus Dur pada akhirnya dipahami para pengikutnya di belakang hari. Bagaimana dengan kejutan ala Yenny? kita lihat saja. [mdr]

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Follow Twitter

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls