Monday, March 18, 2013

Pegawai BI Diperiksa KPK Terkait Kasus Century

oleh Rochmanuddin

Liputan6.com, Jakarta : Kasus dugaan korupsi pemberian Fasilitas Penjamin Jangka Panjang (FPJP) Bank Century terus di dalami Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Kali ini, penyidik KPK memeriksa 2 pegawai Bank Indonesia (BI).
Kedua pegawai BI tersebut dimintai keterangan sebagai saksi untuk kasus bailout senilai Rp 6,7 triliun tersebut. Keduanya adalah Purwanto dan Pardjiman.
"Keduanya diperiksa sebagai saksi untuk tersangka BM," ujar Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi KPK, Priharsa Nugraha, Kuningan, Jakarta, Rabu (13/3/2013).
Dalam kasus ini KPK telah menerbitkan Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) untuk mantan Deputi Gubernur Budi Mulya. Sementara itu, Sitti Chalimah Fadjriah pun akan ditetapkan sebagai tersangka, jika nantinya kondisi kesehatannya memungkinkan untuk menjalani pemeriksaan.
Sejumlah saksi telah dimintai keterangan seperti Ketua OJK Muliaman Hadad, mantan Kepala BKF Anggito Abimanyu dan Deputi Gubernur BI Halim Alimsyah. (Mut)

Buru Aset Century, Dubes Swiss: Denny Indrayana Tak Libatkan Kami

Duta Besar RI untuk Swiss, Djoko Susilo. (Liputan6.com/Danu Baharuddin)
Liputan6.com, Jakarta : Duta Besar RI untuk Swiss, Djoko Susilo mengaku tidak dilibatkan dalam perburuan dan pengembalian aset Bank Century. Satu hal penyebabnya, karena saat ini pengembalian aset sudah ditangani Satuan Tugas Pemulihan Aset Bank Century pimpinan Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana. 

"Sejak timnya Pak Denny masuk, kami memang berhenti," kata Djoko Susilo sebelum mengikuti rapat dengan Tim Pengawas Bank Century DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2013). 

Menurut Djoko, sebelum dipegang Denny Indrayana, tim perburuan aset Bank Century ini dipimpin Darmono yang juga Wakil Jaksa Agung. Djoko mengaku sejak itupula Kedutaan Besar Swiss tidak memiliki akses untuk penelusuran dan pengembalian aset Bank Century.

"Akses kami ditutup," kata Dubes yang juga politisi PAN ini. Menurut Djoko, kedutaan besar itu merupakan wakil pemerintah. Jadi, urusan pemerintah Indonesia di Swiss, kata Djoko, akan diwakili kedutaan yang dipimpinnya. 

"Dan kalau itu menyangkut yang sifatnya rahasia, kami sebagai pejabat bersumpah tidak akan membocorkan rahasia negara. Tapi sejak timnya Pak Denny masuk, kami memang berhenti," ujar Djoko lagi. 

Djoko akui, sejak itu kedutaan tak lagi dilibatkan dan tidak punya akses lagi untuk penelusuran aset Bank Century. Kondisi ini sudah berlangsung hampir satu tahun. 

"Sementara tim pemburu yang dilakukan Pak Darmono sudah menyempurnakan proporsal MLA (Mutual Legal Assisstance) untuk menuntaskan masalah hukum," ujar Djoko. (Ism)

Dubes: Aset Century Rp 1,5 Triliun di Swiss Belum Bisa Dibekukan

Rapat Timwas Century. (Liputan6.com/Danu Baharuddin)
Liputan6.com, Jakarta : Duta Besar RI untuk Swiss, Djoko Susilo, mengatakan pihaknya belum menerima Mutual Legal Assistance (MLA) untuk dikirim kepada pemerintah Swiss terkait aset Century yang parkir di bank negara tersebut.

Djoko yang hadir di tengah-tengah Tim pengawas Century dalam kapasitas untuk menerangkan soal penanganan pembekuan aset pemilik Bank Century, Robert Tantular yang ada di negara tersebut.

"Faktanya, MLA ini belum diterima, dan dana US$ 156 juta atau Rp 1,5 triliun masih sengketa dan belum bisa dibekukan oleh otoritas Swiss," kata Djoko di hadapan Timwas Century, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/3/2013).

Ia mengakui, untuk menyelesaikan MLA kepada pemerintah Swiss, pihaknya terkendala dengan akses untuk mempertanyakan kelanjutan proses pembekuan aset Century tersebut. "Karena kami tidak mendapatkan sama sekali akses, bisa dikatakan kegiatan kamu sebagai tukang pos vakum," ucap dia.

Sehigga lanjut dia, upaya mempertanyakan kelanjutan proses tersebut, kedubes RI untuk Swiss ibarat tukang pos, dimana KBRI berupaya untuk mengetahui pembekuan aset Robert Tantular.

"Peranan kami dalam hal mendukung pemerintah menyelesaikan MLA pada pemerintah Swiss, kami seperti tukang pos. Kami ini agak nglamak," kata dia.

Ia mengakui, peranannya dijalani sejak maret 2010, sampai berhenti pada Maret atau April 2012. "Ini yang berhenti sama sekali. Karena kami tidak mendapatkan sama sekali akses, bisa dikatakan kegiatan kamu sebagai tukang pos vakum," keluhnya.

Saat ini kata dia bahwa, aset Century yang terdapat di bank di Swiss berjumlah US$ 156 juta dari US$ 220 juta. "Bisa saja setiap saat melayang itu barang," pungkasnya. (Ary)

Buru Aset Century, Menkeu Minta Semua Lembaga Koordinasi

Menkeu, Agus Martowardojo (Liputan6.com/Adrian Martinus Tunay)
Liputan6.com, Jakarta : Menteri Keuangan Agus Martowardojo meminta semua lembaga untuk meningkatkan kerja sama dalam upaya pengembalian aset Bank Century. Terutama aset yang belum bisa diambil di Swiss dan Hongkong. Agus mengakui untuk pengejaran aset di Swiss saat ini masih dalam hukum perdata.

"Saya ingin usaha ini dapat fokus dan prioritas, karena sebagian ada di Hongkong atau di swiss atau negara-negara lain. Saya sambut gembira koordinasi Menkumham atau Menko Polhukam itu terus berjalan," kata Agus usai diminta pendapatnya oleh Timwas Century di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (13/3/2013).

Menurut Agus Marto, ada sedikit hambatan di Swiss. Pengembalian aset masih terganjal sistem hukum di Swiss yang masih memasukkan kasus ini sebagai perkara perdata. Maka itu, pemerintah Indonesia berupaya mempercepat proses penyelesaian masalah aset Century di Swiss yang mencapai Rp 1,5 triliun itu. 

"Ke depan, kami harapkan bisa terus fokus dan baik sehingga bisa efektif," ujar Agus. "Ini yang perlu ada upaya peningkatan. Di dalam negeri ada potensi aset, harus ditindaklanjut dengan baik." 

Agus menegaskan, pemerintah telah membentuk meminta kepada Jaksa Pengacara Negara selaku kuasa hukum Pemerintah Indonea untuk komunikasi dengan Kedutaan Besar dan berhubungan dengan pihak-pihak terkait di Swiss.

Kendati begitu, kata Agus, pemerintah akan tetap fokus dan memprioritaskan pemulangan aset Century. Karena sebagian aset itu ada di Hong Kong atau di Swiss atau negara-negara lain sehingga diperlukan koordinasi ini bisa terus efektif.

"Pemerintah sudah ada tim bersama sejak 2009. Lalu ada Keppres untuk tindak lanjut itu. Sebelumnya di Februari 2010, Menko Polhukam mengejar terpidana dan juga aset-aset yang harusnya di klaim Indonesia," tambah dia.

Dirinya juga mendukung bila DPR melakukan inisiatif membentuk tim sendiri guna mengawasi perampasan aset century yang ada di Hongkong sebesar Rp 86 miliar dan Swiss itu. "Kalau dari DPR perlu ada suatu tim yang khusus dibentuk untuk menangani, saya dukung. Ini tentu kewenangan DPR," ungkap Agus. (Ism)

Kinerja Tim Denny Indrayana Kejar Aset Century Diragukan

(Liputan 6.com/Danu Baharuddin)
Liputan6.com, Jakarta : Kinerja Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana selaku Tim terbaru pemburuan aset kasus Bank Century belum terlihat hasilnya. Padahal Denny telah mondar-mandir ke Swiss dan Hongkong untuk memburu aset bernilai triliunan rupiah itu.

Anggota Timwas Century Fahri Hamzah menyesalkan ketidakhadiran Denny untuk menjelaskan kinerjanya mengenai pemburuan aset Century. Bahkan Timwas meminta agar Menkumham menegur Denny.

"Kenapa nama yang disebut tidak datang dalam rapat ini (Rapat Kerja Timwas Century dengan Pemerintah), Pak Denny Indrayana. Rapat ini tidak ada pola kalau yang berkepentingan tidak hadir. Denny udah mondar-mandir tapi nggak jelas hasilnya," kata Fahri dalam rapat kerja Timwas Century bersama Menkhumham, Jaksa Agung, Kapolri dan Dubes RI Swiss dan Konjen RI Hongkong di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (13/3/2013).

Sementara Chairuman Harahap, anggota Timwas asal Golkar menimpali, agar Menkumham Amir Syamsuddin selaku atasaan Denny agar menegur, mengingat kinerjanya yang belum jelas. "Saya minta Wamenkumhan ditegur," ujar Chairuhman dalam rapat Kerja Timwas yang dipimpin Taufik Kurniawan.

Menyikapi itu Menkumham Amir Syamsuddin menjelaskan, tim terpadu dipimpin Wakil Jaksa Agung Darmono dan bukan wakilnya Denny.

"Pak Denny tidak memimpin tim apapun. Tanpa membantah Dubes, itu mungkin istilah tidak tepat (Denny)," ucap Amir menimpali.

Amir menjelaskan ketika Denny bertugas ke Hongkong dan Swiss, pihaknya telah membekali SK Menkumham. Namun, hal itu tidak menjadikan Denny sebagai ketua tim terpadu.

"Kalau dipersoalkan, apa yang dikerjakan (Denny), masukan timwas akan kami gunakan sebagai bahan lebih menata, mungkin bunyi surat tugas, karena tugas masih banyak perjalanan serupa," ujar Amir.

Amir menegaskan bahwa Denny melaksanakan tugasnya dibawah arahan dirinya. Meskipun Dubes RI untuk Swiss Djoko Susilo merasa kecewa dengan Denny karena tidak berkoordinasi dengannya dalam memburu aset Century di negara tersebut.

"Karena kurang koordinasi dengan dubes RI untuk Swiss tapi jangan dibilang melangkahi," pungkas Amir. (Ary)

Saturday, March 16, 2013

10 Artikel Yulianis di Kompasiana salah satu saksi kasus hambalang

Terbaru

Politik

Herier Anas Urbaningrum

Saya sudah pernah di LIDIK oleh KPK mengenai mobil Herier Anas, dan Saya mejelaskan darimana asal muasal mobil herier tersebut. Tgl 12 September 2009 Hasyim adik ...

OPINI | 16 February 2013 04:57

 2222    22   dibaca 7 aktual

Hukum

Pak Novel dan Seluruh Jajaran KPK, Doa Kami Menyertai Kalian… Amiiin

Pak NOVEL BASWEDAN salah satu penyidik KPK yang saya kenal di kriminalisasi oleh kepolisian, teringat saat pertama kali saya bertemu dengan Pak Novel, 21 April ...

OPINI | 6 October 2012 12:42

 938    10   dibaca 6 aktual

Politik

Cadar Hitam di Sidang Angie….

Bun….. aku nervous nih bun….. Oktarina Furi bicara sesaat sebelum sidang, aku dan Oktarina Furi bertemu di gedung Tipikor jam 8.20, kami di kawal oleh ...

OPINI | 5 October 2012 19:28

 1147    20   dibaca 4 bermanfaat

Catatan Harian

Ya Allah… Lagu ini….

Pagi ini aku ikut suami ke kantornya…. kalo lagi tidak ke KPK aku membantu suami di kantornya, sepanjang jalan suami menyetel lagu CRISYE “KETIKA TANGAN ...

OPINI | 23 April 2012 21:43

 838    8   dibaca 1 inspiratif

Catatan Harian

Hari Ini Satu Tahun yang Lalu, Hari Kartini Kelabu

21 April 2011, hari bersejarah dalam hidupku tepat 1 tahun yang lalu hidupku menjadi tidak menentu, dalam 1 tahun aku berpindah tempat satu ke tempat ...

OPINI | 21 April 2012 02:51

 623    10   dibaca Nihil

Politik

Kongres Bandung (Real Script)

Tulisan Saya ini sudah di muat di majalah CEK dan RICEK serta majalah TEMPO, untuk itu pada kesempatan ini Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua ...

OPINI | 6 March 2012 22:51

 2004    52   dibaca 5 aktual

Politik

WISMA ATLET-Pasca 21 April (1)

Pa….. Bisa jemput mama di hotel Mahakam, tanyaku kepada suami, Mama ngapain di sana, Meettingnya sampe Malam?. Terbayanglah semua kejadian kemarin, karena saat kejadian aku ...

OPINI | 1 February 2012 03:15

 1329    39   dibaca 3 menarik

Politik

WISMA ATLET-21 April yang Mencekam (2)

Jam 18:00 Saya sampai di kantor, di kantor masih ada Oktarina Furi dan Neni Kartini, Saya saat dalam perjalan dari Mandiri Sekuritas ke kantor TOWER ...

OPINI | 30 January 2012 02:04

 1588    51   dibaca 8 aktual

Politik

WISMA ATLET-21 April yang Mencekam (1)

Pa… Mama berangkat ya…. saat itu jam 7:00, Assallamualaikum….. Waalaikum salam…. Suamiku menjawab. Setiap pagi rutinitas kami seperti itu, kami berangkat masing-masing. Saya ke arah ...

OPINI | 29 January 2012 00:45

 1666    49   dibaca 3 aktual

Puisi

Doa Orang yang Teraniaya

Ya ALLAH… Ampunilah dosaku…. Dosa keluargaku… Aku yakin Engkau tidak akan memberikan cobaan kepada kami…. Tanpa maksud yang baik… Kami yakin… Ada hal terbaik menunggu kami di sebrang jalan sana. Ya ...

FIKSI | 25 January 2012 07:32

 2922    15   dibaca 3 aktual

Sumber Artikel : http://www.kompasiana.com/Yulianis

Monday, March 11, 2013

Ketika Elite Mencemari Idealisme Partai


[JAKARTA] Perilaku para elite politik telah mencemari tujuan pembentukan partai politik (parpol), karena sesungguhnya parpol merupakan alat kekuasaan untuk mencapai tujuan ideal yakni menyalurkan aspirasi rakyat. Karena tidak ada aturan main yang jelas, apalagi dengan menyogok bisa masuk dalam lingkaran dalam (inner circle) partai, akhirnya partai politik digunakan untuk kepentingan kelompok atau golongan.

Demikian rangkuman pendapat pengamat politik Bara Hasibuan, Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan, Direktur Soegeng Sarijadi Syndicated, Sukardi Rinakit dan Ketua Badan Pengurus Transparency International Indonesia (TII) Todung Mulya Lubis yang dihubungi SP secara terpisah di Jakarta, Selasa (22/7) dan Rabu (23/7).

Menurut Bara, pemahaman itu tidak dimiliki oleh para politikus saat ini. "Orang yang masuk ke parpol tidak tahu untuk apa kekuasaan itu. Jadi, setelah dapat kekuasaan tidak paham tujuannya. Partai-partai besar yang punya wakil di kabinet hanya tahu posisi, tidak tahu akses kekuasaan untuk apa," tandasnya.

Bara menegaskan, setiap parpol semestinya memiliki kejelasan ideologi dan platform, sehingga berani terjun dalam pertarungan ide demi memperoleh solusi atas permasalahan bangsa. Budaya politik itu, tidak tumbuh di Indonesia. "Parpol hanya mengkritik pemerintah, tidak menawarkan solusi. Padahal seharusnya mereka berani merespon pasal-pasal yang dipakai pemerintah dalam suatu persoalan," tandasnya.

Politik sebagai Panglima
Di Indonesia, kata Todung Mulya Lubis, politik masih sebagai panglima. Oleh karena itu sebagian orang berusaha bergabung dengan partai politik. Sebagian pengusaha Indonesia merasa aman menjalankan usahanya jika bergabung dengan partai politik atau menyumbangkan uangnya ke parpol.

Sebagai bukti, banyak pengusaha Indonesia sebenarnya bermasalah dari segi hukum, namun tidak tersentuh hukum karena mereka adalah "teman" dari orang yang mempunyai kekuasaan politik, bahkan mereka adalah kekuasaan politik itu. "Idealnya negara demokratis seperti Indonesia, hukum yang menjadi panglima. Saya tidak mempunyai solusi yang menjanjikan untuk mengatasi masalah ini dan tidak tahu kapan situasi seperti ini akan berakhir," ujarnya.

Sementara itu, Anies Baswedan berpendapat parpol yang ada sekarang ini tidak mempunyai aturan main yang tegas. Sistem yang ada tidak jelas, sehingga terbuka celah bagi para anggotanya untuk melakukan penyelewengan. Termasuk lemahnya pengawasan terhadap anggota DPR sehingga mereka bebas berkomunikasi dengan pihak-pihak tertentu tanpa terikat kewajiban melapor.
"Apalagi parpol umumnya menutup mata dengan masuknya sejumlah dana ke dalam institusi akibat kebutuhan pendanaan partai yang sangat besar," ujarnya.

Sedangkan Sukardi Rinakit menyatakan saat ini parpol tidak menjalankan fungsi kaderisasi secara maksimal. Penyebabnya, proses rekrutmen yang memungkinkan dilakukan dengan penyogokan. Orang yang berduit bisa mendapat jabatan di partai, padahal seharusnya posisi itu ditempati orang-orang yang memiliki kualitas.

Sukardi juga mengungkapkan bahwa kebutuhan dana untuk menggerakkan partai memancing munculnya peluang korupsi. Kondisi ini akhirnya membuat partai berorientasi kepada kebutuhan untuk menutupi anggaran internal mereka. [dikutip dari www.suarapembaruan.com]

Matinya semangat Revolusi di Kaum Muda


Siapa yang akan anda pilih di 2014 , belum tentu seluruh penduduk negri ini mengerti siapa yang akan mereka pilih. . .

Terlepas dari kelemahan KPU yang masih belum cukup sosialisasi masalah contreng dan coblos , kandidat yang capable adalah masalah yang lain. Majelis Ulama Indonesia bahkan sudah berani terang - terangan memprediksi akan rendahnya suara capaian pada pemilu 2014 nanti, dengan menempatkan posisi Haram pada kaum Golput para ulama seakan ingin mendorong seluruh elemen negri ini untuk berani memilih.

Pemimpin yang buruk memang jauh lebih baik daripada negri ini tak memiliki pemimpin, tetapi bukan itu esensi dari bagaimana para ulama begitu khawatir akan phenomena golongan putih ini. Golongan yang secara simultan terus menerus memperoleh dukungan baik sengaja mau pun tidak sengaja, baik dari kaum termarginalkan maupun dari kaum partai sendiri yang selalu mau menang sendiri. Ini yang berbahaya , kumpulan setan ini yang pelan - pelan akan meneror kehidupan demokrasi. Bayangkan berapa pilkada yang kini by data dimenangkan oleh kaum golongan putih ini, berapa pemimpin daerah yang secara de facto tidak mempunyai dukungan dari massa daerahnya sendiri, berapa bupati yang bahkan hanya mampu menang dengan minimum batas bawah pemilih.....Dan siapa kah yang akan menanggungnya ...?

Negri inilah yang menjadi penanggung jawab atas kesalahan kolektif itu, negri ini yang kan kemudian menyesali bahwa pemimpinnya ternyata adalah orang yang tidak mereka pilih. Bahwa ternyata pemimpin buruk dengan dukungan minim lebih berkuasa daripada pemimpin yang tidak begitu buruk tapi tidak memiliki dukungan sama sekali. Itu mengapa saya kemudian berkata semangat revolusi kaum muda kita semakin rendah, semangat untuk memilih dan bergerak sudah kalah dengan semangat hedonisme yang apatis.

Wahai kaum partisan , butuh berapa kejutan lagi baru kalian kan mengerti. Tidak megawati ,tidak yusuf kalla , tidak susilo bambang yudhoyono. kami perlu pemimpin yang punya hati. yang duduk bersama kami merasakan panasnya terik mentari di atas bus kota, yang berdiri bersama kami di tengah derasnya hujan badai di rumah kami yang kebanjiran..Ini dadaku , mana dadamu wahai para pemimpin...

satukan hati , pilih yang benar, pilih yang bermoral dan punya hati..

Friday, March 8, 2013

Waspadai Rekayasa dan Infiltrasi Intelijen

Waspadai Rekayasa dan Infiltrasi Intelijen
Hari ini semua musuh Islam ; kafir, musyrik dan Munafiq berkolaborasi menyerang dan menghancurkan kekuatan Islam. Sunnatullah menggariskan, permusuhan mereka terhadap islam dan kaum muslimin akan senantiasa ada hingga hari kiamat, di belahan dunia manapun termasuk Indonesia. Terkadang islam menang, dan tak jarang mereka diatas angin.

Dalam kondisi demikian tanpa sadar, umat Islam dihasut untuk melawan saudaranya sendiri yang satu aqidah dan satu tujuan. Musuh Islam sadar betul, umat islam tidak bisa dihabisi dari luar, umat Islam hanya bisa dihancurkan dari dalam. Maka proyek penyusupan (lebih dikenal dengan infiltrasi) kedalam tubuh kelompok Islam dilakukan oleh lawan.

Sejarah hubungan intelijen Indonesia dengan kelompok-kelompok rekaan dalam Islam bukan sesuatu yang baru. Dan bukan hal baru kalangan intelijen menanam agennya ke organisasi Islam dengan tujuan melumpuhkannya. Pernyataan ini pernah disampaikan Profesor Emiritus dari Universitas Washington, AS, Prof. Dr. Daniel S Lev.

"Sejak masa Orde Baru, kelompok Islam selalu dipermainkan," kata Daniel Lev. "Dari sudut pandang intelijen seperti BIN –dulu Bakin-- orang-orang radikal Islam berguna sekali karena gampang digerakkan dan dipakai," ujarnya dikutip TEMPO suatu ketika.

Dalam buku “Pangkopkamtib Jenderal Soemitro Dan Peristiwa 15 Januari 1974”, oleh Heru Cahyono, (Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1998), secara rinci menjelaskan bagaimana peran-peran intelijen memainkan peran terhadap kaum Muslim.

Permainan intelijen terhadap kalangan Islam cukup terkemuka, ketika Opsus (Operasi Khusus) melalui Ali Moertopo melakukan rekayasa terhadap Parmusi (Partai Muslimin Indonesia), wadah aspirasi politik golongan Islam modernis yang berbasis masa bekas partai Masjumi. Sementara terhadap Islam tradisional dilakukan penggalangan melalui organisasi massa GUPPI (Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam), yang mana selanjutnya secara efektif menggarap massa Islam tradisional untuk ditarik masuk Golkar.

Dan perlu dicatat, seluruh perlawanan ummat Muslim, baik yang dengan atau tanpa kekerasan semua di bawah kontrol dan provokasi intelejen. Kasus GPI, Woyla, Priok, Lampung, Aceh, Mataram, Pamswakarsa, Kupang, Ambon, Bom Istiqlal, Bom Natal dan Poso serta yang lain termasuk seperti perpecahan ormas dan partai Islam secara keseluruhan selalu melibatkan infiltran intelejen.

Hal yang sama sekali tidak disadari ummat Muslim maupun para politisi Indonesia (demikian pula halnya oleh masyarakat internasional). Hanya dengan dalih dan statement mereka yang mengaku sebagai "santri" atau "aktifis organisasi dakwah" yang membawa nama dan jargon Islam atau keberpihakan moral terhadap problematika yang menimpa ummat atau mengajak bekerjasama menghadapi potensi ancaman musuh politik ideologis, kalangan Islam menjadi terpesona dan akhirnya terpedaya kemudian bersedia melakukan berbagai kooptasi.

Selanjutnya rekayasa politik dan intelejen selalu memberi peluang dan kesempatan untuk memancing munculnya reaksi dalam bentuk sikap ketidak-puasan yang berujung perlawanan sporadis dari ummat Muslim, namun dengan serta merta dilibas secara tidak manusiawi dan sangat tidak seimbang.

Melihat modus pembusukan dan penggembosan gerakan Islam oleh intelejen seperti ini, masyarakat sangat membutuhkan data dan informasi yang lebih banyak baik dalam kuantitas maupun kualitas yang bersifat investigatif.

Sekalipun tetap menyadari bahwa informasi data intelejen tersebut tidak mungkin bisa diperoleh baik masyarakat partai, pergerakan, apalagi masyarakat umum, dalam bentuk dokumen tertulis, kecuali beberapa kasus atau person yang berhasil tertangkap tangan, seperti kasus intelejen Najamuddin yang surat tugasnya berhasil didapatkan setelah beberapa anggota kelompok Imran sukses mengakhiri hidup Najamuddin.

Tengku Fauzy Hazbi Geudong alias Abu Jihad intelejen binaan yang direkrut Syafrie Syamsuddin sejak tahun 1979 hingga 2003 digunakan untuk menghadapi GAM dan NII . Abu Jihad yang telah mengabdikan diri kepada kepentingan intelejen Indonesia (BIN dan BAIS) nasibnya berakhir tragis, ia dieliminasi akhir Februari tahun 2003 di Ambon melalui eksekusi tak langsung oleh operasi intelejen. Antara lain dikordinir oleh Sersan Jawali intel Kodim Ambon dengan meminjam tangan agen Anto Aryanto dan Syahril, kakak ipar Anto seorang anggota polri (pihak polri mengklarifikasi Syahril sebagai seorang desertir) dibantu beberapa oknum yang mengait kepada kelompok mujahidin KOMPAK.

BIN sebagai pihak yang menugaskan Abu Jihad ke Ambon sedikit pun tidak bereaksi baik secara hukum, politik, emosi dan moral atas kejadian terbunuhnya Abu Jihad, Ahmad Saridup dan Edy Saputra secara tragis tersebut. Tidak ada tali kasih atau pun aksi kerokhiman kepada keluarga, anak dan istri Abu Jihad. Demikian pula teman dan sahabat sesama intel yang terakhir berhubungan dengan Abu Jihad sebelum berangkat ke Ambon, seperti Gaos Taufik dan sejawatnya. Dunia intelejen betul-betul kejam, sadis, tak bermoral dan benar-benar sangat biadab.

Semoga secuil kisah dan nasib tragis para agen intelejen di atas menjadi pelajaran berharga bagi mereka yang memiliki ingatan sehat dan kesadaran manusiawi serta tanggung jawab. Kepada masyarakat luas jangan pernah ada yang percaya apalagi yakin terhadap ajakan, bujuk rayu dan janji-janji indah komunitas intelejen, baik yang mengaku berbaju sipil maupun dinas. Ingat kepentingan intelejen hanya mengadu domba dan melemahkan posisi anda sebagai manusia yang merdeka dan bermartabat, menjunjung tinggi nilai-nilai Agama dan kemanusiaan justru menjadi tersudut, terdistorsi dan celaka.

Dalam sejarah kalau kita mencermati di zaman Orde Baru, terhadap Islam, pemerintah Orde Baru dan Angkatan Darat khususnya, sejak awal menyadari mengenai kemungkinan naiknya pamor politik kekuatan Islam. Jatuhnya kekuatan ekstrim kiri PKI –yang kemudian secara formal diperkuat dengan keputusan pembubaran PKI—secara politis mengakibatkan naiknya pamor politik Islam sehingga terjadilah ketidakseimbangan (imbalance). Sayap Islam yang sedang mendapat angin, kemudian cenderung hendak memperkuat posisinya. Padahal disadari oleh Angtakan Darat ketika itu bahwa di dalam sayap Islam dinilai ada bibit-bibit “ekstrimisme” yang potensial.

Intelijen ketika itu berusaha ‘menghancurkan’ PKI, menekan sayap Soekarno, dan ‘mencegah’ naiknya pamor Islam. Tugas Opsus kala itu adalah menyelesaikan segala sesuatu dengan cara mendobrak dan “merekayasa”.

Dalam buku “Konspirasi Intelijen dan Gerakan Islam Radikal”, (penyunting Umar Abduh 2003), kebijakan intelijen yang berpijak pada prinsip "kooptasi, konspirasi dan kolaborasi (galang, rektrut, bina, tugaskan, dan binasakan)" telah mampu 'menjebak' anggota NII. Intelijen juga berhasil melakukan ‘pembusukan’ Islam tahun 1977 dengan merekrut Danu Moh. Hasan dan Ateng Djaelani sebagai agen, yang akhirnya memunculkan kasus Komando Jihad (Komji). Danu yang semula divonis 10 tahun, dinyatakan bebas tahun 1979. Namun dikabarkan tewas diracun arsenikum. Intel juga dianggap menyusupkan Hasan Baw ke gerakan Warman tahun 1978-1979.

“Komando Jihad adalah hasil penggalangan Ali Moertopo melalui jaringan Hispran di Jatim. Tapi begitu keluar, langsung ditumpas oleh tentara, sehingga menjelang akhir 1970-an ditangkaplah sejumlah mantan DI/TII binaan Ali Moertopo seperti Hispran, Adah Djaelani Tirtapradja, Danu Mohammad Hasan, serta dua putra Kartosoewiryo, Dodo Muhammad Darda dan Tahmid Rahmat Basuki.

Ketika pengadilan para mantan tokoh DI/TII itu digelar pada tahun 1980, terungkap beberapa keanehan. Pengadilan itu sendiri dicurigai sebagai upaya untuk memojokkan umat Islam. Dalam kasus persidangan Danu Mohammad Hassan [tds] umpamanya, dalam persidangan ia mengaku sebagai orang Bakin. “Saya bukan pedagang atau petani, saya pembantu Bakin.” [Pangkopkamtib Jenderal Soemitro Dan Peristiwa 15 Januari 1974, Tahun 1998].

"Pancingan" intel juga dianggap melahirkan kasus pembunuhan massal umat Islam yang dikenal “Peristiwa Tanjung Priok”, 12 September 1984. Tahun 1986, intel kembali dinilai melakukan rekayasa dengan memasukkan agennya bernama Syhahroni dan Syafki, mantan preman Blok M, dalam gerakan Usrah NII pimpinan Ibnu Thayyib. Alhasil, gerakan-gerakan "rekayasa" yang dimunculkan itulah yang akhirnya melahirkan stigma kekerasan dan gerakan ekstrim di kalangan Islam.

Wednesday, March 6, 2013

Sembilan Fakta Unik Hugo Chavez

Berbicara di balkon istana kepresidenan di Caracas, Jumat (13/4/2012), Presiden Venezuela Hugo Chavez bersama putrinya, Rosa Virginia, saat mengumumkan akan berangkat ke Kuba untuk menjalani pengobatan lanjutan atas tumor pada panggulnya. Karena Chavez lama tidak berbicara ke publik, muncul spekulasi kesehatannya mundur atau bahkan meninggal.
CARACAS, KOMPAS.com — Mendiang Presiden Venezuela Hugo Chavez, semasa hidupnya kerap membuat pernyataan atau tindakan yang kontroversial. Tak jarang pernyataannya membuat panas telinga lawan-lawan politiknya. Nah, inilah sembilan fakta unik mendiang pemimpin yang kerap dijuluki El Commandante itu:

1. Pada Juni 2009, Presiden Chavez melarang peredaran minuman ringan Coke Zero. Dia mengklaim minuman rendah kalori itu tidak sehat, tetapi dia tidak mengelaborasi pernyataannya. "Produk itu harus ditarik dari peredaran untuk menjaga kesehatan warga Venezuela," kata Chavez kala itu.

2. Dalam acara televisi dan radio mingguannya, Alo Presidente, pada Oktober 2005, Chavez juga melarang perayaan Halloween di Venezuela. Dia menilai Halloween adalah "teror kaum imperialis" dan bagian dari tradisi Amerika "menyebar ketakutan ke negara lain, menyebar ketakutan kepada rakyat".

3. Chavez ternyata penggemar berat baseball. Saat mengunjungi AS pada Juni 1999, beberapa bulan setelah dilantik, dia berkesempatan melakukan lemparan pertama di Stadion Shea, New York, dalam laga klub baseball New York Mets. Pemimpin berhaluan sosialis ini juga membunyikan bel penutupan perdagangan di lantai bursa New York.

4. Chavez sangat tidak suka olahraga golf, yang menurutnya adalah olahraga para borjuis. Dia juga menyebut mobil golf adalah perlambang betapa malasnya para pemain golf. Para pengikut setia Chavez kemudian membatalkan dua turnamen golf di negeri itu karena menganggap pemeliharaan lapangan golf sangat besar sementara banyak warga negeri itu hidup dalam kemiskinan.

5.Pada 2005, Chavez mengunjungi South Bronx, New York. Dalam pidatonya di sebuah gereja setempat, Chavez menjanjikan minyak dengan harga murah untuk warga miskin di sana. Lewat Citgo Petroleum, anak perusahaan minyak Venezuela di Amerika, dia menyediakan minyak pemanas dengan potongan harga hingga 40 persen. Citgo juga menjanjikan bantuan 3,6 juta dollar AS selama tiga tahun untuk menciptakan lapangan kerja dan merehabilitasi kawasan itu.

6. Saat berpidato dalam Hari Air Sedunia 2011, Chavez menyatakan kehidupan Planet Mars berakhir karena salah kapitalisme.

7. Meski Chavez bukan fans kapitalisme, tetapi dia adalah pengguna Twitter yang sangat aktif. Hingga wafatnya, Chavez memiliki empat juta followers. Dia bahkan menghadiahi sebuah apartemen baru untukfollower-nya yang ke-tiga juta.

8. Chavez adalah pengagum pemimpin Kuba, Fidel Castro. Dia bahkan bergabung dalam sebuah kuartet untuk menyanyikan lagu "Happy Birthday" merayakan ulang tahun ke-75 Castro pada 2001.

9. Meski garang di dunia politik, Chavez ternyata memiliki sisi artistik juga. Pada Desember 2011, dia memberi Presiden Argentina Cristina Fernandez de Krichner sebuah lukisan dirinya bersama Nestor Kirchner, almarhum suami sang presiden. Ternyata lukisan itu adalah hasil karya Chavez. "Banyak orang tak percaya bahwa saya yang membuat lukisan itu," kata Chavez.

Bentrok di Sabah, 14 Orang Tewas



KUALA LUMPUR, JUMAT - Bentrokan akhirnya pecah antara aparat keamanan Malaysia dan ratusan warga Filipina yang menyusup ke kawasan Lahad Datu, Sabah, Malaysia, Jumat (1/3) pagi.

Sedikitnya 14 orang, yang terdiri dari 2 personel komando kepolisian Malaysia dan 12 penyusup, dilaporkan tewas dalam baku tembak sengit yang berlangsung sekitar 30 menit itu. Menurut Kepala Kepolisian Sabah Hamza Taib, tiga polisi Malaysia juga terluka dalam insiden itu.

Pertempuran terjadi setelah para penyusup mencoba menerobos barikade yang didirikan polisi Malaysia.

Bentrokan ini menjadi puncak drama penyusupan dan pengepungan yang berlangsung sejak pertengahan Februari lalu.

Seperti diwartakan sebelumnya, sedikitnya 200 orang asal Filipina selatan, yang mengklaim sebagai warga Kesultanan Sulu, berlabuh dan mendirikan tempat tinggal di kawasan Lahad Datu pada 9 Februari. Polisi dan tentara Malaysia kemudian mengepung orang-orang yang sebagian membawa senjata api itu.

Pemerintah Malaysia dan Filipina telah mendesak orang-orang itu segera kembali ke Filipina. Namun, mereka menolak dengan alasan wilayah Sabah adalah bagian dari Kesultanan Sulu.

Insiden berdarah tersebut memicu kemarahan Perdana
Menteri Malaysia Najib Razak, yang mengaku telah menyerahkan sepenuhnya penanganan masalah itu kepada aparat keamanan.

”Jangan menguji kesabaran kami yang ada batasnya. Kami berupaya memindahkan mereka, mereka seharusnya menyerahkan diri dan pergi,” ujar Najib seperti dikutip kantor berita Bernama.

Keterangan berbeda

Agbimuddin Kiram, adik bungsu Sultan Sulu Jamalul Kiram III, yang saat bentrokan pecah berada di lokasi, mengklaim tembakan pertama berasal dari kepolisian Malaysia.

”Mereka (polisi Malaysia) masuk ke wilayah kami sehingga kami harus membela diri. Kami dikepung dan tembak-menembak terjadi,” ujarnya kepada stasiun radio DZBB di Manila.

Pernyataan yang lebih kurang sama juga disuarakan juru bicara Presiden Filipina Benigno Aquino III. Menurut jubir yang tidak disebutkan namanya itu, tembakan dilepaskan aparat kepolisian Malaysia setelah anggota kelompok Kesultanan Sulu mencoba menembus barikade polisi.

Pernyataan mereka dibantah Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein. ”Saya telah mengonfirmasi bahwa aparat keamanan kami sama sekali tidak melepaskan satu pun tembakan. Personel kamilah yang justru ditembaki sekitar pukul 10.00 tadi!” tulis Hishammuddin di akun Facebook-nya.

Insiden baku tembak tersebut dikhawatirkan akan memanaskan hubungan bilateral Malaysia dan Filipina yang selama ini kerap berselisih, terutama terkait dengan perbatasan wilayah laut. Insiden berdarah ini juga terjadi di saat Malaysia sedang mempersiapkan pemilihan umum.

Di Manila, juru bicara Kesultanan Sulu, Abraham Idjirani, menyatakan, pihaknya akan terus melakukan perlawanan dan memaksa Pemerintah Malaysia bersedia duduk berunding membicarakan klaim mereka.

Kesultanan Sulu, yang kini telah menjadi bagian dari Filipina, mengklaim Sabah sebagai wilayah mereka yang disewa Inggris pada masa kolonial. Tahun 1963, Sabah menjadi wilayah Malaysia. Namun, negara itu masih membayar uang sewa kepada penerus Kesultanan Sulu setiap tahun.

Tentara Kesultanan Sulu menuntut Malaysia mengakui mereka sebagai pemilik sah Sabah dan menegosiasikan ulang kontrak perjanjian sewa mereka. Namun, Pemerintah Malaysia menolak tuntutan itu. (Reuters/AP/BBC/DWA)

Sultan Sulu Jamalul Kiram III menggelar jumpa pers di Manila, Selasa (26/2/2013)



Sultan Sulu Jamalul Kiram III menggelar jumpa pers di Manila, Selasa (26/2/2013). Sebanyak 180 pengikut Sultan Sulu berada di Sabah, Malaysia yang diklaim sebagai wilayah Kesultanan Sulu. Presiden Filipina Benigno Aquino memperingatkan Sultan Sulu agar segera menarik para pengikutnya atau menghadapi konsekuensi hukum.

Sultan Sulu Jamalul Kiram III Mengatakan rakyat Sulu hanya mencoba meminta kembali wilayah Sulu di daerah Sabah yang lama telah di duduki oleh Imperialis Malaysia , karena perjanjian sewa yang dibuat sejak masa pendudukan Kolonial Inggris dan di perbaharui masa pemerintahan federasi Malaysia sudah perlu untuk di perbaharui . 

Dan Kesultanan Sulu menghendaki supaya tanah itu di kembalikan oleh Imperialis Malaysia kepada Sultan Sulu Jamalul Kiram III sebagai pewaris yang syah .

Lima Polisi Malaysia Tewas Disergap Pasukan Sultan Zulu Bergelimpangan




JAKARTA, KOMPAS - Kontak senjata antara pasukan keamanan Malaysia dan pengikut Kesultanan Sulu yang menduduki Lahad Datu, pesisir pantai di wilayah Sabah, Malaysia, terus terjadi. Sabtu (2/3) malam, dua anggota kelompok penyusup tewas ditembak. Dini harinya, sedikitnya lima polisi Malaysia tewas disergap saat berpatroli di kota Semporna, sekitar 150 kilometer dari Lahad Datu.

Sejak dua pekan lalu, lebih dari 100 pengikut Kesultanan Sulu, sebagian dari mereka bersenjata, menyeberang ke Lahad Datu, Sabah. Mereka mengklaim tanah leluhur mereka di Sabah sebagai wilayah Kesultanan Sulu di Filipina selatan.

Setelah batas waktu yang diberikan Pemerintah Malaysia habis, terjadi kontak senjata dengan pasukan elite polisi Malaysia. Dua polisi komando dan 12 penyusup tewas dalam insiden itu.

Setelah insiden itu, para penyusup melarikan diri dan terpecah ke tiga wilayah pantai di Sabah, hingga terjadi penyergapan terhadap polisi Malaysia di Semporna.

Polisi Malaysia didukung pasukan militer terus mengejar para penyusup atas perintah Perdana Menteri Najib Razak, yang dibenarkan Kepala Polisi Malaysia Ismail Omar. Namun, Ismail menolak menyebut Sabah dalam kondisi darurat.

Dia juga tak berkomentar terkait klaim pihak Kesultanan Sulu di Manila, yang menyebut berhasil menyandera empat polisi Malaysia. ”Saya tak mau berspekulasi Sabah sedang dalam krisis. Aparat telah kami kerahkan di tiga lokasi untuk merespons keadaan,” ujar Ismail dalam jumpa pers di Lahad Datu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa menyayangkan kontak senjata yang pecah sejak akhir pekan lalu di Sabah, Malaysia. Namun, Marty mengapresiasi upaya Pemerintah Filipina dan Malaysia untuk berkomunikasi dan mencoba menyelesaikan masalah secara damai.

Marah
Di Manila, pemimpin Kesultanan Sulu, Sultan Jamalul Kiram III (74), mengaku khawatir banyak pengikutnya marah atas tewasnya warga mereka di Lahad Datu. Dia dan salah seorang putrinya, Jacel, mencoba menenangkan warga meski menegaskan tak akan pernah mundur dari klaim mereka atas Sabah.

”Masalah itu terkait kehormatan, yang berada di atas segalanya, termasuk nyawa. Kami akan terus memperjuangkan kebenaran dan hak kami,” ujar Kiram.

Berdasarkan catatan sejarah, dua kesultanan di wilayah Sabah, yaitu Brunei dan Sulu, membuat kesepakatan tahun 1658. Kesultanan Brunei menghadiahkan wilayah Sabah kepada Kesultanan Sulu atas jasa mereka membantu melawan pemberontak.

Pada tahun 1878, perusahaan Inggris, British North Borneo Company, menyewa wilayah itu pada Kesultanan Sulu. Dalam kontrak disebutkan, perusahaan itu membayar senilai 1.700 dollar Amerika Serikat selama beroperasi.

Masalah muncul saat Malaysia merdeka. Inggris menyerahkan wilayah Sabah karena menganggap uang sewa tersebut sebagai uang pembelian lahan. Padahal, menurut BBC, hingga kini Malaysia masih membayar uang sebesar 1.500 dollar AS per tahun kepada Kesultanan Sulu.

Menurut pengamat ASEAN dari LIPI, Ratna Shofi Inayati, sengketa wilayah Sabah antara Malaysia dan Filipina pernah terjadi sekitar tahun 1968.

Saat itu masalah dapat diredam, termasuk dengan permintaan Presiden Soeharto, yang meminta semua pihak menghentikan kekerasan dan bekerja sama membangun ekonomi dan kesejahteraan di kawasan.(AFP/AP/REUTERS/DWA)

Pendukung Sultan Sulu Retas Google



KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Upaya mengklaim Negara Bagian Sabah menjadi bagian Kesultanan Sulu, tak hanya dilakukan dengan mengirim pasukan bersenjata. "Perjuangan" ternyata juga dilakukan lewat dunia maya.

Pendukung Kesultana Sulu, Senin (4/3/2013), memanipulasi situs pencarian Google untuk mendukung upaya merebut kembali Sabah.

Jika pengguna Google menuliskan kata "Sabah" dalam kotak pencarian, maka salah satu yang keluar di halaman pertama adalah penambahan kutipan "Wikipedia" tentang Sabah.

"Sabah secara ilegal dianggap sebagai salah satu dari 13 negara bagian Malaysia, dan dianggap sebagai negara bagian paling timur. Padahal faktanya, Sabah adalah wilayah dari Kesultanan Sulu," demikian kutipan yang terlihat di sisi kanan halaman Google dengan peta Sabah di atasnya.

Sementara itu, situs Stamford College di Malaysia juga diretas akhir pekan lalu. Halaman depan situs itu digantikan sebuah pesan terkait kepemilikan Sabah.

"Waktu untuk merebut kembali yang menjadi milik kami sudah tiba."

"Sabah adalah milik Filipina, kalian secara ilegal mengklaimnya," demikian isi pesan-pesan itu.

Sedangkan sejumlah portal berita Filipina mengabarkan sejumlah situs internet negeri itu juga diserang para peretas Malaysia.

Baku tembak yang terjadi di Negara Bagian Sabah antara aparat kepolisian Malaysia dan Tentara Kesultanan Sulu telah menewaskn 18 penyerang dan delapan polisi Malaysia.

Ini Pernyataan Chavez yang Menuai Kontroversi

Dalam foto tanggal 30 November 2007 ini, Presiden Venezuela Hugo Chavez tiba dalam sebuah aksi menuntut perubahan konstitusi nasional di Caracas, Venezuela. Wakil Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan pada hari Selasa (5/3) bahwa Chavez meninggal dunia pada usia 58 tahun setelah hampir dua tahun berjuang melawan kanker. AP/Rodrigo Abd


TEMPO.CO, Karakas — Presiden Venezuela Hugo Chavez, yang wafat pada usia 58 tahun, pada Selasa waktu setempat dikenal sebagai tokoh kontroversial. Ucapan-ucapannya yang dramatis dan provokatif kerap menjadi berita utama media internasional. Ini adalah beberapa penyataan Chavez yang berhasil menarik minat dunia:

1. Menyamakan Bush dengan setan. Saking jengkelnya Chavez terhadap bekas Presiden Amerika Serikat George W. Bush, ia menyebut Bush sebagai “setan” dalam pidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 2006. “Kemarin, ada setan yang datang kemari. Ya, datang kemari. “ Chavez membuat tanda salib sebelum kembali berkata, “Dan baunya masih membekas hingga kini.”

2. Kapitalisme membunuh mahluk hidup di Mars. Sebagai tokoh penting sosialis, Chavez memiliki kebencian besar terhadap segala sesuatu yang berbau kapitalis. Ia bahkan sempat menuding kapitalisme membunuh mahluk hidup di Mars dalam peringatan Hari Air Sedunia pada 2011. “Saya kerap mendengar bahwa ada peradaban di Mars. Tapi, mungkin, sejak kapitalisme mendarat di sana, imperialisme turut serta dan membunuh mereka.”

3. Mengecam Halloween. Budaya yang sangat lazim dirayakan warga Amerika Serikat, tak luput dari kritikan Chavez. Dalam acara televisnya, Alo Presidente, pada 2005, Chavez menegaskan bahwa perayaan Halloween adalah kebiasaan “Gringo” yang tidak layak dilakukan warga Venezuela. “Ini adalah permainan teror, sesuai dengan budaya Barat yang gemar menakuti negara lain, bahkan rakyatnya sendiri.”

4. Mengecam operasi plastik. Kritikan pedas Chavez tak hanya soal politik. Ia pun kerap mengecam budaya kontemporer, mulai wiski Skotlandia hingga operasi pembesaran payudara. Pada 2011, Chavez dilaporkan memarahi para dokter yang dinilai mendorong perempuan Venezuela untuk membesarkan payudaranya.

5. Menuding Amerika Serikat bertanggung jawab atas gempa dasyat di Haiti. Setelah gempa dasyat yang mengguncang Haiti pada 2010, Chavez menuding Amerika Serikat bertanggung jawab. Seperti dilansir stasiun televisi ABC Spanyol, Chavez mengatakan bahwa negara adidaya itu melakukan uji coba senjata gempa yang berakhir dengan musibah tersebut. “Saya memeproleh info dari intelijen Rusia.”

6. Plot serangan kanker Amerika Serikat. Negara adidaya itu lagi-lagi menjadi tudingan Chavez dalam epidemi penyakit kanker yang melanda petinggi negara-negara Amerika Latin. Selain Chavez, tercatat beberapa presiden di kawasan tersebut harus berobat karena mengidap penyakit kanker. “Apakah aneh jika mereka mengembangkan teknologi untuk menyebarkan kanker dan kita baru mengetahuinya 50 tahun lagi?”

Adios Kamerad Chavez.

L LOS ANGELES TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI

Kelompok Penyusup Diduga Mendarat Lagi di Sabah Untuk Memperkuat Pasukan Sultan Zulu



TEMPO.CO, Sabah - Suasana di Lahad Datu, Sabah, masih mencekam, kendati aparat kepolisian menyatakan situasi telah berhasil dikendalikan. Portal berita The Borneo Insidermelaporkan berita yang tak diverifikasi bahwa sekelompok orang, diduga 50 pria bersenjata merapat di dekat Felda Sahabat di pantai timur Sabah, dan mengambil beberapa sandera.

Pejabat keamanan Malaysia telah mendirikan pusat operasi di Felda Sahabat untuk menghadang kelompok penyusup, diduga militan Muslim Filipina. Blokade jalan juga dilakukan di sekitar Tanjung Labian.

Namun, berita mendarat lagi sekelompok penyusup ditepis Kepala kepolisian Diraja Malaysia. "Para penyusup bersenjata menyebarkan rumor untuk menurunkan moral pasukan keamanan Malaysia," kata Tan Sri Ismail Omar, seperti dilaporkan Malaysiakini. Ia menyatakan, aparat tak akan tertipu taktik semacam itu.

Lalu lintas masuk dan keluar dari Tanjung Batu telah diblokir mulai pukul 14.00, The Star Online melaporkan. Warga desa tidak diizinkan untuk meninggalkan atau memasuki rumah mereka.

Desa Tanjung Batu berada sekitar 30 km dari Kampung Tanduo, tempat di mana kelompok militan yang dipimpin oleh Agbimuddin Kiram, yang memproklamirkan diri sebagai putra mahkota dan pewaris Kesultanan Sulu, merapat pada 9 Februari lalu.

Polisi juga dilaporkan melakukan patroli di desa lain di pantai dekat Semporna, 150 km dari Lahad Datu. Banyak penyusup Sulu melarikan diri setelah tembak-menembak pada hari sabtu, diduga kini tersebar ke desa-desa di sekitarnya.

MALAYSIAN INSIDER | TRIP B

'Perjalanan Pulang' Keluarga Sultan Sulu ke Sabah

Pengikut mantan Sultan Sulu Jamalul Kiram III melakukan protes di depan Masjid Biru di Taguig, Filipina, (1/3). Menurut mereka Sabah yang sekarang menjadi bagian Malaysia, merupakan wilayah Kesultanan Sulu yang disewakan kepada pemerintah kolonial Inggris. (AP Photo/Bullit Marquez)


TEMPO.CO, Manila - Senin pagi empat pekan lalu, Raja Muda Agbimuddin Kiram dan sekitar 1.000 pengikutnya, termasuk pasukan bersenjata yang ia sebut Tentara Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara, meninggalkan Kepulauan Simunul di Tawi-tawi, Filipina bagian selatan. Menggunakan kapal cepat, rombongan itu melaju ke Sabah, Malaysia.

Agbimuddin adalah adik Sultan Jamalul Kiram III, dari Kesultanan Sulu, di Filipina Selatan. Ia mengatakan pendaratannya di Lahad Datu, Sabah, 11 Februari lalu, itu bukan sebagai agresi, melainkan "perjalanan pulang". Peristiwa itu menjadi perhatian besar setelah mereka terlibat kontak senjata dengan Pasukan Keamanan Malaysia, yang hingga Senin, 4 Maret 2013, setidaknya menewaskan 26 orang.

Pendaratan itu, yang merupakan bagian dari upaya mereka untuk mengklaim kembali Sabah, dilakukan Kesultanan Sulu karena merasa dikhianati dan ditinggalkan dalam proses perdamaian antara pemerintah dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF). Abraham Julpa Idjirani, juru bicara dari Kesultanan Sulu, mengatakan, rencana ini dipersiapkan akhir tahun lalu tak lama setelah pemerintahan Aquino menandatangani perjanjian dengan MILF.

Kesultanan Sulu merasa punya dasar untuk mengklaim Sabah sebagai wilayah mereka. Menurut keluarga kesultanan, Sabah--yang sebelumnya bernama Borneo Utara--diserahkan oleh Sultan Brunei kepada Sultan Sulu pada 1704. Pemberian itu sebagai hadiah atas bantuan Sultan Sulu yang membantu menumpas pemberontakan melawan Sultan Brunei.

Ayah Jamalul II, Sultan Jamalul Ahlam, salah satu ahli waris, menyewakan Sabah kepada British North Borneo Co pada 1878. Imbalannya, perusahaan Inggris itu akan membayar 5.300 keping emas Meksiko per tahun untuk Kerajaan Sulu--versi lain mengatakan US$ 5.000. Pembayaran itu terus dilakukan sampai Jamalul II meninggal pada 1936.

Setelah kematian Jamalul II, Konsulat Inggris di Manila merekomendasikan penangguhan pembayaran karena Presiden Manuel L. Quezon tidak mengakui pengganti Jamalul II. Sultan Punjungan Kiram, putra mahkota kesultanan pada saat kematian Jamalul II, pergi ke Konsulat Inggris di Manila untuk menuntut adanya pembayaran kembali.

Setelah ada putusan pengadilan, British North Borneo Co kembali melakukan pembayaran. Saat Sabah masuk Federasi Malaysia pada 1963, pembayaran dilakukan dalam bentuk ringgit. Sejak itu, setiap tahun Kedutaan Besar Malaysia di Filipina mengeluarkan cek sebesar 5.300 ringgit (sekitar 77 ribu peso) kepada keluarga Jamalul Ahlam. Malaysia mengatakan uang itu sebagai "penyerahan" pembayaran tahunan untuk daerah yang disengketakan, sementara keturunan sultan menganggapnya sebagai uang "sewa".

Pada Juli 2008, ada laporan yang menyebutkan bahwa ahli waris membatalkan klaim atas Sabah, tapi klaim itu dianggap bohong. Setelah itu, ahli waris berusaha untuk mendapatkan perhatian dari pihak berwenang dengan meminta kenaikan "biaya sewa", tapi tidak berhasil.

Februari 1999, mendiang Putri Denchurain Kiram, Putri Tarhata, menulis surat kepada Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad melalui mantan Presiden Joseph Estrada untuk meminta peningkatan sewa tahunan. Sampai dia meninggal pada September 2000, surat balasannya tak pernah datang.

Sejumlah langkah terus dilakukan pihak Sulu. Pada Januari 2001, keluarga sultan menulis surat yang mirip kepada Mahathir melalui Presiden Gloria Macapagal-Arroyo. Usaha serupa kembali dilakukan pada dua tahun berikutnya, tapi juga tak berhasil. Upaya serupa dilakukan pada Februari 2005. Saat itu ahli waris menulis surat kepada Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi, dan mendapatkan hasil yang sama.

Menurut Patricio N. Abinales, profesor studi Asia di Universitas Hawaii, aksi yang dilakukan orang dari Kesultanan Sulu ini juga disebabkan dari kurangnya perhatian Manila terhadap daerah yang berada di wilayah selatan itu. Tak mengherankan jika seorang perwira Angkatan Udara Malaysia pernah mengenang bagaimana mereka dengan mudahnya membawa senjata dari Sabah ke kamp Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) pada puncak perang Mindanao pada 1970-an.

Saat tentara Sulu bentrok dengan aparat keamanan Malaysia, juga tak terdengar suara dukungan dari dua gerakan muslim, yaitu MILF dan MNLF. Abinales mengaku tak heran dua kelompok muslim itu tak bersuara dalam soal ini. Ia menduga karena dua organisasi itu telah berdamai dengan Manila dan telah menerima tawaran otonomi. Selain itu, keduanya berterima kasih atas dukungan pemerintah Malaysia untuk perjuangan separatis mereka pada masa lalu. "Jika MILF dan MNLF ikut membantu klaim Sulu atas Sabah, itu sama dengan air susu dibalas dengan air tuba," kata dia.

Penyusup Sabah Akan Dijerat Pasal Pembunuhan

Sejumlah peti mati Inspektur Zulkifli Mamat dan Kopral Sabarudin Daud dari Komando Batalyon Polisi Malaysia ke-69, yang tewas pada Jumat dalam aksi gencatan senjata dengan pengikut bersenjata dari Kesultanan Sulu. REUTERS/Bazuki Muhammad


TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Berbarengan dengan pengumuman kepolisian Malaysia bahwa mereka berhasil melumpuhkan penyusup asal Filipina di Sabah, Kementerian Hukum mulai menyusun upaya hukum bagi mereka yang tertangkap hidup-hidup. Menurut Menteri Kehakiman Malaysia, Nazri, insiden di Lahad Datu adalah penyusupan, bukan perang.

"Ini merupakan intrusi ke dalam kedaulatan kita, tapi bukan perang," katanya. Karena itu adalah penyusupan, katanya, yang akan menangani kasus mereka adalah aparat kepolisian.

Ia mengatakan jika perang, Konvensi Jenewa yang akan diberlakukan. Namun, yang terjadi di Sabah, katanya, bukan perang.

"Mereka melanggar hukum Malaysia, dan karenanya mereka akan diseret ke pengadilan biasa," kata Nazri.

Dia menambahkan, mereka pasti akan dijerat dengan pasal pembunuhan. Dalam pertempuran antara penyusup bersenjata Sulu dan pasukan keamanan Malaysia, delapan polisi tewas.

Senin pagi empat pekan lalu, Raja Muda Agbimuddin Kiram dan ratusan pengikutnya, termasuk pasukan bersenjata yang ia sebut Tentara Kerajaan Kesultanan Sulu dan Borneo Utara, meninggalkan Kepulauan Simunul di Tawi-tawi, Filipina bagian selatan. Menggunakan kapal cepat, rombongan itu melaju ke Sabah, Malaysia.

Agbimuddin adalah adik Sultan Jamalul Kiram III, dari Kesultanan Sulu, di Filipina Selatan. Ia mengatakan pendaratannya di Lahad Datu, Sabah, 11 Februari lalu, bukan sebagai agresi, melainkan "perjalanan pulang". Peristiwa itu menjadi perhatian besar setelah mereka terlibat kontak senjata dengan Pasukan Keamanan Malaysia, yang hingga Senin, 4 Maret 2013, setidaknya menewaskan 26 orang.

Malaysia Nilai Sabah Belum `Bersih`



TEMPO.CO, Sabah - Malaysia menyatakan akan melunakkan operasi militer di Kampung Tanduo, Sabah, setelah serangan intensif yang dilakukan sejak Selasa pagi tadi, 5 Maret 2013. Meski begitu, Kepala Kepolisian Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Ismail Omar mengatakan, Sabah belum sepenuhnya bersih dari penyusup.

"Ini meliputi wilayah yang luas, 4 kilometer persegi, dan saya percaya masih ada musuh bersembunyi di daerah tersebut," katanya dalam konferensi pers di hotel Felda Sahabat Residence.

Dia juga mengatakan, operasi menjadi lambat karena medan yang sulit. "Saya telah memerintahkan para komandan di lapangan untuk berhati-hati. Saya tidak ingin polisi atau personel militer menjadi korban," ujar Ismail.

Sejak sebulan lalu, penyusup yang mengaku dari Kesultanan Sulu menduduki wilayah Lahad Datu di Sabah. Mereka mengklaim wilayah ini merupakan bagian dari wilayah mereka. Operasi militer besar-besaran dilakukan mulai hari ini untuk menumpasnya.

Ditanya tentang kemungkinan beberapa orang bersenjata melarikan diri dari zona pertempuran Kampung Tanduo, dia hanya menjawab, "Kami berharap mereka tidak luput dari penjagaan keamanan kami."

Dia juga menepis laporan dari Manila, dikutip dari orang yang mengaku sebagai Sultan Sulu Jamallul Kiram III, yang menyatakan banyak personel militer Malaysia turut menjadi korban. "Sangat disesalkan bahwa seseorang dapat membuat klaim seperti itu tanpa mengetahui fakta di lapangan," kata Ismail.

Dia mengatakan belum menerima laporan dari pasukannya di lapangan bahwa ada personel keamanan Malaysia yang terluka atau tewas dalam serangan yang dimulai pukul 07.00 itu.

Intrik di Filipina Berada di Balik Serangan Sabah?



TEMPO.CO, Manila - Serangan Kesultanan Sulu ke Sabah diduga dilakukan karena adanya upaya melemahkan Presiden Filipina, Benigno Aquino, dalam pemilu paruh waktu pada bulan Mei dan upaya mengendalikan legislatif bikameral.

Seorang sumber mengatakan pada Malaysian Insider, politikus Filipina ingin memberi tekanan pada Aquino menjelang pemilihan presiden 2016 untuk memberi pengampunan terhadap pendahulunya, Gloria Macapagal Arroyo. Mantan presiden itu kini berada di bawah penahanan rumah.

Sultan Sulu, Jamalul Kiram III, yang memerintahkan serangan bersenjata untuk mengklaim Sabah bulan lalu, mencalonkan diri sebagai senator dari partai Arroyo pada Pemilu 2007. Dia hanya kurang 800 suara pemilih.

"Beberapa ingin melemahkan Aquino dalam pemilu legislatif paruh waktu untuk memungkinkan mereka mengontrol Senat dan DPR sebelum pemilihan presiden 2016," kata sumber yang namanya enggan disebut. "Ini akan memastikan bahwa Arroyo akan mendapatkan pengampunan."

Hal yang sama ditegaskan sumber lainnya dari lingkaran dalam Istana. "Ini murni politik dan klaim Sulu juga politis," katanya.

Aquino mengatakan Manila akan meneliti klaim atas Sabah. Namun, dia mengatakan Sultan Sulu dan para pengikutnya harus menghormati hukum Malaysia. Dia juga mengatakan Filipina tidak membenarkan adanya tentara swasta, dan menyebut Tentara Kesultanan Sulu sebagai ilegal.

Kuala Lumpur menyalahkan pemimpin oposisi Anwar Ibrahim dalam kasus ini. Ia diketahui menjalin kontak dengan Kesultanan Sulu sebelum adik Sultan Jamalul Kiram III, Agbimuddin Kiram, mendarat di Lahad Datu dengan prajuritnya pada tanggal 9 Februari.

Namun, militan Filipina telah membantah memiliki hubungan dengan oposisi di Malaysia itu.

Pasukan keamanan Malaysia kemarin mengadakan serangan militer terpadu untuk mengakhiri pertikaian dengan kelompok Agbimuddin Kiram yang bersembunyi di Kampung Tanduo, Lahad Datu. Jet tempur membombardir wilayah itu, sebelum tentara bergerak di darat. Kuala Lumpur mengatakan bahwa operasi dengan nama sandi "Ops Daulat" sukses dan tidak ada korban jiwa dari pihak Malaysia.

Delapan polisi Malaysia telah meninggal sebelumnya dalam dua pertempuran yang juga menewaskan 20 militan di Semporna dan Lahad Datu, kedua daerah dengan populasi besar orang Sulu.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Follow Twitter

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls